Baca Juga
JAKARTA -- Posisi Setya Novanto kian sulit usai KPK kembali menetapkan tersangka untuk kedua kalinya dalam kasus korupsi proyek e-KTP. Bahkan, orang-orang yang dulu dikenal dekat dan selalu menjadi garda terdepan membela Novanto, kini mulai berpikir rasional.
Roem Kono misalnya. Dia adalah mantan timses yang ikut membawa Novanto menang Munaslub Golkar pada 2016 lalu di Bali. Saat Novanto berada di balik jeruji besi, Roem memilih balik badan mendukung Airlangga Hartarto, calon kuat yang siap maju di Munaslub berikutnya.
Roem membawa ormas sayap Golkar, Majelis Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) untuk mendukung Airlangga menggantikan Novanto. Padahal Roem dikenal sebagai salah satu loyalis. Roem kerap berada di samping Novanto setiap kegiatan di DPR maupun Golkar.
Roem juga mendukung digelarnya Munaslub. Hal ini dilakukan demi penyelamatan Partai Golkar.
"Dalam hal ini MKGR mendukung dan mengharapkan sangat serius supaya Pak Airlangga bisa memimpin Partai Golkar ini bersama seluruh kadernya. Kami juga berharap satu-satunya yang bisa menyelesaikan persoalan ini adalah munas atau munaslub," kata Roem.
Dia pun menilai, Airlangga sebagai sosok yang bersih dan transparan sehingga layak menjadi Ketua Umum Golkar.
"Kapabilitas dan figur yang transparan dan bersih saya kira masih ada pada caketum kami yaitu Airlangga Hartarto," lanjut dia.
Tak cuma Roem Kono, Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono pun demikian. Awalnya, Agung di garda terdepan yang membela Novanto. Dia tak setuju munaslub. Apalagi, jika Partai Golkar disebut mengalami penurunan akibat Novanto terbelit kasus e-KTP.
Agung juga pernah mengungkap, ada orang yang ingin coba memanfaatkan kasus e-KTP untuk mengambil alih Partai Golkar.
"Ya ada yang coba-cobalah menggunakan peluang semacam ini, gua mau ambil (ketum Golkar), gua mau isi tempat ini," kata Agung di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (18/7).
Kala itu, Agung menilai, hal itu berdampak buruk terhadap Golkar karena hanya akan menambah gaduh suasana. Dia pun sempat meminta kepada seluruh kader Golkar untuk tak terpancing dengan ajakan-ajakan yang ingin mengutak-atik posisi Ketua Umum Golkar yang saat ini masih dijabat Setya Novanto.
Tapi kini sikap politik Agung Laksono berbalik 180 derajat. Dia setuju digelar Munaslub. Bahkan Agung di bawah bendera PPK Kosgoro 1957 menegaskan dukungannya kepada Airlangga Hartarto.
"Kami tahu ada beberapa calon, tapi saat ini yang tepat Airlangga," ujar Agung.
Salah satu loyalis Novanto yang juga memutuskan untuk balik badan adalah Ketua DPD I Golkar Sulawesi Tenggara, Ridwan Bae. Meski belum memutuskan akan mendukung siapa, Ridwan setuju bahwa Munaslub harus segera dilakukan.
Hanya saja, Ridwan memberikan catatan, antara DPD I dan DPP Golkar harus seiring sejalan alias kompak membicarkan Munaslub. Tidak lagi ada perbedaan, apalagi sampai menimbulkan perpecahan.
"DPP dan DPD harus beriringan, semangatnya persatuan," kata Ridwan.
Sementara itu, loyalis setia Novanto, Mahyudin menegaskan, para pendukung sang ketua umum di internal Golkar masih sangat banyak. Jika terjadi munaslub, Mahyudin mengatakan, kubu Novanto siap saja.
Mahyudin meyakini, jika Munaslub terjadi tak hanya Airlangga seorang diri yang akan mencalonkan diri. Tapi, bukan tidak mungkin Novanto mengutus seseorang untuk menggantikannya.
"Ada juga calon-calon yang pasti menghormati dan loyalitas penuh kepada Pak Setya Novanto. Sebelum ada sinyal daripada Pak Setya Novanto, ya mungkin belum muncul. Walaupun riuh seperti ini, loyalis Pak Setya Novanto juga masih banyak, banyak sekali di dalam Partai Golkar," kata Mahyudin.
[mdk/rnd/rki]
Roem Kono misalnya. Dia adalah mantan timses yang ikut membawa Novanto menang Munaslub Golkar pada 2016 lalu di Bali. Saat Novanto berada di balik jeruji besi, Roem memilih balik badan mendukung Airlangga Hartarto, calon kuat yang siap maju di Munaslub berikutnya.
Roem membawa ormas sayap Golkar, Majelis Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) untuk mendukung Airlangga menggantikan Novanto. Padahal Roem dikenal sebagai salah satu loyalis. Roem kerap berada di samping Novanto setiap kegiatan di DPR maupun Golkar.
Roem juga mendukung digelarnya Munaslub. Hal ini dilakukan demi penyelamatan Partai Golkar.
"Dalam hal ini MKGR mendukung dan mengharapkan sangat serius supaya Pak Airlangga bisa memimpin Partai Golkar ini bersama seluruh kadernya. Kami juga berharap satu-satunya yang bisa menyelesaikan persoalan ini adalah munas atau munaslub," kata Roem.
Dia pun menilai, Airlangga sebagai sosok yang bersih dan transparan sehingga layak menjadi Ketua Umum Golkar.
"Kapabilitas dan figur yang transparan dan bersih saya kira masih ada pada caketum kami yaitu Airlangga Hartarto," lanjut dia.
Tak cuma Roem Kono, Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono pun demikian. Awalnya, Agung di garda terdepan yang membela Novanto. Dia tak setuju munaslub. Apalagi, jika Partai Golkar disebut mengalami penurunan akibat Novanto terbelit kasus e-KTP.
Agung juga pernah mengungkap, ada orang yang ingin coba memanfaatkan kasus e-KTP untuk mengambil alih Partai Golkar.
"Ya ada yang coba-cobalah menggunakan peluang semacam ini, gua mau ambil (ketum Golkar), gua mau isi tempat ini," kata Agung di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (18/7).
Kala itu, Agung menilai, hal itu berdampak buruk terhadap Golkar karena hanya akan menambah gaduh suasana. Dia pun sempat meminta kepada seluruh kader Golkar untuk tak terpancing dengan ajakan-ajakan yang ingin mengutak-atik posisi Ketua Umum Golkar yang saat ini masih dijabat Setya Novanto.
Tapi kini sikap politik Agung Laksono berbalik 180 derajat. Dia setuju digelar Munaslub. Bahkan Agung di bawah bendera PPK Kosgoro 1957 menegaskan dukungannya kepada Airlangga Hartarto.
"Kami tahu ada beberapa calon, tapi saat ini yang tepat Airlangga," ujar Agung.
Salah satu loyalis Novanto yang juga memutuskan untuk balik badan adalah Ketua DPD I Golkar Sulawesi Tenggara, Ridwan Bae. Meski belum memutuskan akan mendukung siapa, Ridwan setuju bahwa Munaslub harus segera dilakukan.
Hanya saja, Ridwan memberikan catatan, antara DPD I dan DPP Golkar harus seiring sejalan alias kompak membicarkan Munaslub. Tidak lagi ada perbedaan, apalagi sampai menimbulkan perpecahan.
"DPP dan DPD harus beriringan, semangatnya persatuan," kata Ridwan.
Sementara itu, loyalis setia Novanto, Mahyudin menegaskan, para pendukung sang ketua umum di internal Golkar masih sangat banyak. Jika terjadi munaslub, Mahyudin mengatakan, kubu Novanto siap saja.
Mahyudin meyakini, jika Munaslub terjadi tak hanya Airlangga seorang diri yang akan mencalonkan diri. Tapi, bukan tidak mungkin Novanto mengutus seseorang untuk menggantikannya.
"Ada juga calon-calon yang pasti menghormati dan loyalitas penuh kepada Pak Setya Novanto. Sebelum ada sinyal daripada Pak Setya Novanto, ya mungkin belum muncul. Walaupun riuh seperti ini, loyalis Pak Setya Novanto juga masih banyak, banyak sekali di dalam Partai Golkar," kata Mahyudin.
[mdk/rnd/rki]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar