Baca Juga
BIJAKNEWS.COM -- Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian
mengunjungi tiga anak yang selamat dari ledakan bom di lantai lima Blok
B No.2 Rusunawa, Wonocolo, Sidoarjo. Ledakan ini merupakan salah satu
dari rentetan ledakan bom di Surabaya. Kamar tersebut ditinggali enam orang anggota keluarga, dua orangtua dan empat orang anak.anak pelaku bom di Rusunawa Wonocolo Sidoarjo. ©Istimewa
Dalam kejadian itu, AR (15) dibantu oleh warga sekitar menyelamatkan kedua adiknya dari ledakan untuk dibawa ke RS Siti Khodijah. Saat ini sudah dirujuk ke RS Bhayangkara Polda Jawa Timur.
AR menceritakan kepada Tito bahwa kegiatan ayahnya sehari-hari menjadi penjual jam tangan online dan seringkali mendengarkan ceramah melalui internet. Dia juga mengatakan bahwa ayahnya seringkali mengajaknya berjihad, namun ia menolak dengan alasan tidak sesuai pemikirannya dan bertolak belakang dengan ajaran Islam.
Pada Tito, Dia juga membenarkan bahwa bom yang meledak pada malam itu memang milik ayahnya yang dirakit sendiri. Belajar melalui internet dan youtube. Awalnya, AR tidak memahami bahwa yang dirakit itu adalah bom hingga menyebabkan ledakan di kamar.
Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin mengatakan anak-anak didoktrin oleh orangtuanya. Khusus di Sidoarjo, orangtua sengaja tidak menyekolahkan anaknya. Anak-anak itu selalu dibawa ke pengajian jaringan radikal.
Orangtuanya menyuruh sang anak mengaku homeschooling jika ditanya oleh orang lain. "Padahal tidak ada sekolah, dituntun, dikurung dengan doktrin-doktrin khusus," ujar Machfud saat jumpa pers di Mapolda Jatim, Selasa (15/5).
Machfud menjelaskan para orangtua pelaku teror ini sengaja berlaku demikian agar anak-anaknya tidak berinteraksi dengan dunia luar. Di rumah, orangtua tersebut mencekoki ajaran jihad menyimpang melalui video.
"Ini yang terjadi supaya tidak berinteraksi dengan masyarakat lain. Hanya bapak ibunya saja yang memberikan doktrin terus dengan video-video ajaran-ajaran yang diberikan," jelasnya.
Keluarga pelaku Rusunawa Sidoarjo sering mengajak anak-anaknya mengikuti pengajian jaringan mereka sendiri. Sementara satu dari anaknya, ada yang tidak setuju ajaran orangtuanya, dan ikut neneknya.
"Yang tiga sudah bisa berkomunikasi kalau ditanya homeschooling diakui bahwa setiap hari Minggu ada pertemuan rutin diajak orangtuanya. Kecuali yang besar ikut neneknya," kata Machfud.
Polisi kini tengah memburu Abu Bakar orang yang diduga menjadi otak teror bom di Surabaya. Diduga orang tersebut telah mendoktrin Dita Oepriarto, bomber gereja.
Keluarga Dita dan pelaku bom bunuh diri di Rusunawa Wonocolo Sidoarjo, keluarga Anton diduga satu ajaran. Tiap minggu, dua keluarga tersebut mendatangi pengajian yang sama.
"Ini kan satu ilmu satu guru. Ini masih dalam pendalaman teman-teman di lapangan, karena satu guru satu kelompok, satu ilmu," tandas Machfud. [mdk/did/rki]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar