Breaking

Senin, 21 Mei 2018

Pesan Bijak Wagub Nasrul Abit Saat Pimpin Upacara Peringati Hari Kebangkitan Nasional ke-110

Baca Juga

PADANG -- Wakil Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Nasrul Abit pimpin upacara dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-110 yang digelar di Halaman Kantor Gubernur Sumbar, Senin (21/5).

Pada upacara peringatan Harkitans yang tahun ini mengambil tema ‘Pembangunan Sumber Daya Manusia Memperkuat Pondasi Kebangkitan Nasional Indonesia dalam Era Digital’ ini, Nasrul Abit  membacakan sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Rudiantara sebagai amanatnya.

Dibacakan Nasrul Abit, 2019 nanti, selain melanjutkan percepatan pembangunan infrastruktur yang menjadi fokus pada tahun-tahun sebelumnya, pemerintah memberi penekanan lebih pada upaya peningkatan pembangunan sumber daya manusia (SDM).

Pembangunan manusia tersebut, secara simultan, akan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM Indonesia dan pada akhirnya dapat mendorong kebangkitan, dan memacu pertumbuhan serta daya saing individu dan bangsa Indonesia.

“Kebangkitan sumber daya manusia Indonesia secara bersama, tanpa terdistraksi godaan-godaan yang kontraproduktif, akan membawa kepada kejayaan bangsa, selain otomatis bagi individu-individunya sendiri,” sebut Wagub.

Atas dasar itu, sambung Wagub, peringatan Harkitnas tahun ini harus dimaknai sebagai upaya penyadaran bagi tiap masyarakat Indonesia untuk mengembangkan diri dan merebut semua peluang yang dibuka oleh berbagai pihak, baik pemerintah, badan usaha, maupun masyarakat sendiri.

“Pengembangan itu juga harus diletakkan dalam konteks pemerataan dalam pengertian kewilayahan, agar bangkit bersama-sama dalam kerangka kebangsaan Indonesia,” imbuhnya.

Kebersamaan dan persatuan yang berjalan seiring pembangunan SDM Indonesia, kemudian menjadi topik berikutnya yang disoroti dalam amanat Wagub.

Mengutip adagium presiden pertama RI, Soekarno, Wagub mengatakan persatuan bangsa layaknya sapu lidi; tercerai-berai dan tidak bisa dimanfaatkan jika tak diikat erat; berguna dan tak terpatahkan jika kencang terikat.

Ikatan sapu lidi Indonesia, tambah Wagub, kini tengah coba direnggangkan.

“Ada kekuatan-kekuatan yang berusaha merenggangkan ikatan sapu lidi kita. Kita disuguhi hasutan-hasutan yang membuat kita bertikai dan tanpa sadar mengiris ikatan yang sudah puluhan tahun menyatukan segala perbedaan,” ungkapnya.

Wagub melanjutkan, jangan terpancing karena momentum, konstelasi, dan kondisi nasional dan global menuntut masyarakat Indonesia untuk tidak buang-buang energi bertikai.

“Ini era yang menuntut kita tidak buang-buang energi dan waktu demi mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain,” tukasnya.

Era yang ia maksud, adalah era di mana Indonesia akan segera menyambut bonus demografi yang pada puncaknya -2028 hingga 2031- diprediksi akan mereduksi angka ketergantungan penduduk Indonesia hingga titik terendahnya, 46,9 persen.

“Proyeksi keuntungan demografis tersebut akan tinggal proyeksi jika tak dimaksimalkan. (Bonus demografi) usia produktif hanya akan tinggal catatan tentang usia alih-alih catatan tentang produktifitas,” ujarnya.

Era di mana ‘Generasi Bonus Demografi’ beririsan dengan ‘Generasi Millenial’ yang sama-sama akan terpapar masifnya teknologi digital yang terbukti mampu membuka akses yang sama besarnya menuju peluang maupun ancaman.

“Kondisi ini, hanya akan menjadi ancaman jika hanya pasif menjadi pengguna dan pasar. Namun, akan menjadi berkah jika kita mampu menaklukkannya dan menjadi pemain yang menentukan lansekap ekonomi berbasis digital dunia,” urainya.

Menutup dan menyimpulkan amanatnya, Nasrul Abit mengimbau agar masyarakat Indonesia bersama menjaga persatuan dalam memecahkan masalah; berbagi beban yang sama, merapatkan barisan, dan tidak berpecahbelah.

Sementara dalam konteks digitalisasi, Nasrul Abit mengimbau agar semua pihak serempak seirama memecahkan masalah dan menghadapi para pencari masalah.

“Dulu kita bisa, dengan keterbatasan akses pengetahuan dan informasi, dengan keterbatasan teknologi untuk berkomunikasi, berhimpun dan menyatukan pikiran untuk memperjuangkan kedaulatan bangsa.

Seharusnya sekarang kita juga bisa sepikul berdua menjaga dunia yang seba digital ini agar menjadi wadah yang kondusif bagj perkembangan budi pekerti yang sejalan dengan pengetahuan dan keterampilan generasi penerus kita,” pungkasnya.

(rel/rki)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar