Breaking

Senin, 14 Mei 2018

Presiden Jokowi Kecam Penggunaan Anak-Anak dalam Aksi Teror

Baca Juga

Presiden Jokowi berbincang dengan pimpinan Ikhwanul Muballighin saat Halaqoh Nasional Hubbul Wathon dan Deklarasi Gerakan Nasional Muballigh Bela Negara di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Senin (14/5) siang. (Foto: JAY/Humas)
JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengecam aksi terorisme dalam bentuk peledakan bom bunuh diri di Surabaya, Minggu (13/5) dan Senin (14/5) ini yang dinilainya tidak bermartabat karena melibatkan anak-anak kecil berumur 9 tahun sampai 12 tahun.

Menurut Presiden, menjadi kewajiban bersama para mubalig untuk mengingatkan kepada santri-santrinya untuk mengingatkan kepada jamah-jamaahnya, mengingatkan kepada umat-umatnya bahwa agama Islam tidak mengajarkan seperti itu.

“Tidak mengajarkan sesuatu dengan kekerasan, enggak ada. Mengajarkan kita untuk lemah lembut, sopan santun, menghargai orang, menghormati orang lain, tawadu, rendah hati. Saya kira itu yang diajarkan oleh Nabi besar kita kepada kita,” tegas Presiden saat memberikan sambutan pada Halaqoh Nasional Hubbul Wathon dan Deklarasi Gerakan Nasional Mubalig Bela Negara (GN-MBN) di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Senin (14/5) siang.

Presiden Jokowi mengingatkan, bahwa negara Indonesia ini negara besar yang memiliki penduduk Indonesia sudah 263 juta, tersebar di 17.000 pulau  dari Sabang sampai Merauke dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote. Bangsa Indonesia, lanjut Presiden, memiliki 714 suku yang berbeda-beda adat, berbeda-beda tradisi, berbeda-beda agama.

“Inilah anugerah Allah yang diberikan kepada kita bangsa Indonesia. Memang beragam, berbeda-beda, dan majemuk. Ini anugerah Allah yang diberikan kepada bangsa kita,” ucap Presiden Jokowi.

Kepala Negara mengingatkan, sudah menjadi kewajiban kita semuanya atas izin Allah untuk merawat, memelihara ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan lebih besar lagi ukhuwah insaniyah dan ukhuwah basariyah. Jangan sampai, karena kepentingan politik, persaudaraan menjadi retak. Kepala Negara menambahkan jangan sampai gara-gara pemilihan bupati, wali kota, gubernur, dan nanti ada pemilihan presiden semua menjadi tidak merasa sebagai saudara sebangsa dan setanah air. (rin/rki)
SURABAYA, KOMPAS.com — Ledakan bom terjadi di depan Mapolrestabes Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/5/2018) sekitar pukul 08.50 WIB. Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera mengungkapkan kronologi ledakan bom di depan gerbang masuk markas polisi. Baca juga: Rekaman CCTV: Motor Paksa Masuk ke Mapolrestabes Surabaya Lalu Meledak di Depan Polisi Menurut Barung, ledakan terjadi setelah sepeda motor mendekati plang gerbang masuk Mapolrestabes berdasarkan rekaman CCTV di kawasan itu. "Jadi, sebelumnya masuk, ada mobil dulu, kemudian ada motor di belakang kemudian terjadi ledakan, sebelum masuk ke areal lapangan Polrestabes," tuturnya di Markas Polda Jatim, Senin. Baca juga: Bom di Mapolretabes Surabaya Berasal dari Motor, Bukan Mobil Barung juga menegaskan bahwa ledakan berasal dari sepeda motor. "Kami memastikan ini motor. Di luar areal, di luar mako, sebelum penjagaan itu, sebelum plang masuk, meledak," tuturnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kronologi Ledakan Bom Motor di Mapolrestabes Surabaya", https://regional.kompas.com/read/2018/05/14/10070571/kronologi-ledakan-bom-motor-di-mapolrestabes-surabaya.

Editor : Caroline DamanikJAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengecam aksi terorisme dalam bentuk peledakan bom bunuh diri di Surabaya, Minggu (13/5) dan Senin (14/5) ini yang dinilainya tidak bermartabat karena melibatkan anak-anak kecil berumur 9 tahun sampai 12 tahun.
Menurut Presiden, menjadi kewajiban bersama para mubalig untuk mengingatkan kepada santri-santrinya untuk mengingatkan kepada jamah-jamaahnya, mengingatkan kepada umat-umatnya bahwa agama Islam tidak mengajarkan seperti itu.
“Tidak mengajarkan sesuatu dengan kekerasan, enggak ada. Mengajarkan kita untuk lemah lembut, sopan santun, menghargai orang, menghormati orang lain, tawadu, rendah hati. Saya kira itu yang diajarkan oleh Nabi besar kita kepada kita,” tegas Presiden saat memberikan sambutan pada Halaqoh Nasional Hubbul Wathon dan Deklarasi Gerakan Nasional Mubalig Bela Negara (GN-MBN) di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Senin (14/5) siang.
Presiden Jokowi mengingatkan, bahwa negara Indonesia ini negara besar yang memiliki penduduk Indonesia sudah 263 juta, tersebar di 17.000 pulau  dari Sabang sampai Merauke dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote. Bangsa Indonesia, lanjut Presiden, memiliki 714 suku yang berbeda-beda adat, berbeda-beda tradisi, berbeda-beda agama.
“Inilah anugerah Allah yang diberikan kepada kita bangsa Indonesia. Memang beragam, berbeda-beda, dan majemuk. Ini anugerah Allah yang diberikan kepada bangsa kita,” ucap Presiden Jokowi.
Kepala Negara mengingatkan, sudah menjadi kewajiban kita semuanya atas izin Allah untuk merawat, memelihara ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan lebih besar lagi ukhuwah insaniyah dan ukhuwah basariyah. Jangan sampai, karena kepentingan politik, persaudaraan menjadi retak. Kepala Negara menambahkan jangan sampai gara-gara pemilihan bupati, wali kota, gubernur, dan nanti ada pemilihan presiden semua menjadi tidak merasa sebagai saudara sebangsa dan setanah air. (rin/*)
SURABAYA, KOMPAS.com — Ledakan bom terjadi di depan Mapolrestabes Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/5/2018) sekitar pukul 08.50 WIB. Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera mengungkapkan kronologi ledakan bom di depan gerbang masuk markas polisi. Baca juga: Rekaman CCTV: Motor Paksa Masuk ke Mapolrestabes Surabaya Lalu Meledak di Depan Polisi Menurut Barung, ledakan terjadi setelah sepeda motor mendekati plang gerbang masuk Mapolrestabes berdasarkan rekaman CCTV di kawasan itu. "Jadi, sebelumnya masuk, ada mobil dulu, kemudian ada motor di belakang kemudian terjadi ledakan, sebelum masuk ke areal lapangan Polrestabes," tuturnya di Markas Polda Jatim, Senin. Baca juga: Bom di Mapolretabes Surabaya Berasal dari Motor, Bukan Mobil Barung juga menegaskan bahwa ledakan berasal dari sepeda motor. "Kami memastikan ini motor. Di luar areal, di luar mako, sebelum penjagaan itu, sebelum plang masuk, meledak," tuturnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kronologi Ledakan Bom Motor di Mapolrestabes Surabaya", https://regional.kompas.com/read/2018/05/14/10070571/kronologi-ledakan-bom-motor-di-mapolrestabes-surabaya.

Editor : Caroline Damanik
SURABAYA, KOMPAS.com — Ledakan bom terjadi di depan Mapolrestabes Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/5/2018) sekitar pukul 08.50 WIB. Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera mengungkapkan kronologi ledakan bom di depan gerbang masuk markas polisi. Baca juga: Rekaman CCTV: Motor Paksa Masuk ke Mapolrestabes Surabaya Lalu Meledak di Depan Polisi Menurut Barung, ledakan terjadi setelah sepeda motor mendekati plang gerbang masuk Mapolrestabes berdasarkan rekaman CCTV di kawasan itu. "Jadi, sebelumnya masuk, ada mobil dulu, kemudian ada motor di belakang kemudian terjadi ledakan, sebelum masuk ke areal lapangan Polrestabes," tuturnya di Markas Polda Jatim, Senin. Baca juga: Bom di Mapolretabes Surabaya Berasal dari Motor, Bukan Mobil Barung juga menegaskan bahwa ledakan berasal dari sepeda motor. "Kami memastikan ini motor. Di luar areal, di luar mako, sebelum penjagaan itu, sebelum plang masuk, meledak," tuturnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kronologi Ledakan Bom Motor di Mapolrestabes Surabaya", https://regional.kompas.com/read/2018/05/14/10070571/kronologi-ledakan-bom-motor-di-mapolrestabes-surabaya.

Editor : Caroline Damanik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar