Breaking

Kamis, 13 September 2018

Survei LSI Denny JA: PDIP Bakal Catat Sejarah, PKS dan PAN Terancam Tak Lolos ke Senayan

Baca Juga

JAKARTA -- Lagi-lagi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) diprediksi menang pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Bahkan, PDIP disebut-sebut akan mencatat sejarah. Sementara itu, PKS, PAN dan beberapa partai lainnya malah diprediksi tak lolos ke Senayan.

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA dalam siginya memprediksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bakal menjadi pemenang di Pemilihan Umum 2019. Sementara itu, Partai Gerakan Indonesia Raya atau Gerindra mengisi posisi kedua.

Survei LSI Denny JA: PDIP Bakal Catat Sejarah, PKS dan PAN Terancam Tak Lolos ke Senayan
Peneliti LSI Denny JA, Aji Al Farabi. 

Peneliti LSI Denny JA, Aji Al Farabi, mengatakan hasil ini menunjukkan PDIP bakal mencatat sejarah menjadi partai pertama era reformasi yang menjadi juara pemilu dua kali berturut-turut setelah memenangkan pemilu 2014. "Ibarat sepakbola, PDIP berpeluang menjadi Real Madrid yang menjadi juara Liga Champion berturut-turut," kata Aji di Kantor LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta, Rabu, 12 September 2018.

Survei dilakukan pada 12-19 Agustus 2018 lewat wawancara tatap muka dengan instrumen kuesioner. Metode yang digunakan yakni multistage random sampling dengan 1.200 responden dan margin of error lebih kurang 2,9 persen.

Berdasarkan hasil survei itu, PDIP bercokol di urutan pertama dengan elektabilitas mencapai 24,8 persen. Adapun Gerindra duduk di posisi kedua dengan elektabilitas 13,1 persen.

Berikut prediksi lengkap perolehan suara partai di Pemilu 2019 berdasarkan survei LSI Denny JA:

1. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 24,8 persen
2. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) 13,1 persen
3. Partai Golkar 11,3 persen
4. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 6,7 persen
5. Partai Demokrat 5,2 persen
6. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 3,9 persen
7. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 3,2 persen 
8. Partai Nasional Demokrat (NasDem) 2,2 persen
9. Partai Persatuan Indonesia (Perindo) 1,7 persen
10. Partai Amanat Nasional (PAN) 1,4 persen
11. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) 0,6 persen
12. Partai Bulan Bintang (PBB) 0,2 persen
13. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 0,2 persen
14. Partai Berkarya 0,1 persen
15. Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Garuda) 0,1 persen 
16. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) 0,1 persen
17. Undecided voter 25,2 persen

Sementara itu, Aji mengatakan jika prediksi sigi yang memenangkan PDIP ini tepat maka untuk pertama kalinya dalam pemilihan umum pasca orde baru, Golkar terdepak dari posisi dua besar. "Golkar terancam tak masuk dua besar untuk pertama kalinya dalam pemilu," kata dia.

PAN Berterima Kasih

LSI Denny JA memprediksi PAN tak lolos ambang batas parlemen 2019. PAN berterima kasih atas survei itu.

"PAN tidak kaget dengan hasil-hasil survei. Sejak 2004, dalam setiap survei, PAN selalu diposisikan elektabilitasnya rendah," kata Waketum PAN Viva Yoga Mauladi di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 13 September 2018.

Viva tidak kaget PAN selalu diprediksi tidak akan lolos parliamentary threshold. Ini karena, menurut Viva, PAN selalu lolos parlemen dan suaranya signifikan, tak lagi di kisaran ambang batas parlemen.

Untuk 2019, ambang batas partai bisa lolos parlemen sebesar 4 persen.

"Misalnya 2004, 2009, 2014, PAN dikatakan tidak lolos PT. Jadi memang, kami berterima kasih terhadap hasil survei-survei lembaga itu. Itu adalah cerminan yang terjadi pada hari ini, pada waktu ini," ucap Viva. 

Pemilu 2019 masih sekitar 8 bulan lagi. Viva yakin angka survei PAN terus melonjak seiring berjalannya waktu. 

"Dinamika masyarakat itu berubah dan yang tidak bisa dilakukan lembaga survei itu adalah bagaimana memetakan gerakan perkembangan partai, caleg pada menjelang hari-H," ucap Viva. 

Viva meminta lembaga survei menetapkan tingkat akurasi. Lembaga survei juga harus tervalidasi dengan baik. 

"PAN tidak merasa terusik, tidak galau terhadap hasil-hasil survei karena kita punya hasil survei sendiri yang akurat dan akuntabel, bisa dipertanggungjawabkan dan itu untuk konsumsi internal," jelas Viva. 

Bukan Kitab Suci

Sementara itu, PKS menyebut survei tersebut bukanlah kitab suci yang wajib dijadikan pedoman.

"Ini LSI Denny JA termasuk rajin bikin survei, tapi sekaligus kami yakin Pak Denny JA juga sangat memahami bahwa survei beliau bukan kitab suci," ujar Wakil Ketua Majelis Syuro Hidayat Nur Wahid (HNW) di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis, 13 September 2018. 

Hidayat mengatakan selama ini survei LSI Denny JA sering kali tidak akurat. Misalnya hasil survei di Pilgub DKI dan Pilgub Jabar. 

"Survei adalah survei, bahwa kemudian dia menghadirkan hasil semacam itu, ya sudah, itu anggap saja sebagai masukan di era demokrasi yang itu dimungkinkan tanpa harus dijadikan itu seolah-olah final karena asumsinya juga kalau dilakukan pemilu hari ini, sementara hari ini belum ada pemilu," katanya. 

Hidayat menambahkan masih panjang jalan menuju April 2019. Apa pun bisa terjadi, mengingat kedaulatan ada di tangan rakyat, bukan lembaga survei. 

"Karena itu, lembaga survei jangan memposisikan diri sebagai pengambil kedaulatan rakyat. Sebab, kalau survei memposisikan sebagai pengambil kedaulatan rakyat, ya nggak perlu ada pemilu. Negara juga sangat hemat, rakyat tidak perlu repot. Kami para partai politik juga tidak perlu repot kampanye dan sebagainya," ujarnya. 

Hidayat mengungkapkan, selama ini partainya memiliki survei yang dilakukan kalangan internal partai. Survei tersebutlah yang selama ini dijadikan tolok ukur untuk kemudian memaksimalkan kekuatan untuk mendulang suara pada pileg. 

"Tapi jelas ini adalah bagian dari masukan dan kami akan jadikan sebagai masukan tanpa harus alergi tapi tanpa harus melebih-lebihkan. Dia adalah survei saja," kata Hidayat. 

(tempo.co/detik.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar