Baca Juga
BIJAKNEWS.COM -- Pengamat Politik Karyono Wibowo menuding Capres Prabowo Subianto sudah mengekang kebabasan pers. Hal ini tak lepas dari makian dan bentakan dia terhadap wartawan yang dituding tak memberitakan dengan baik Reuni 212.
Selain itu, tindakan Prabowo itu dinilai sangat tendensius oleh Karyono.
"Pernyataan Prabowo diskreditkan ke pers menurut saya pernyataan tendensius ini sebagai warning peringatan, sebagai bentuk ancaman kemerdekaan pers," kata Karyono di Jakarta, Minggu, 9 Desember 2018.
Karyono menambahkan, Prabowo bukan kali ini saja menyerang pers dan awak media. Ia mencatat, setidaknya Prabowo telah lima kali melakukan hal tersebut.
"Pernyataan Prabowo yang menyerang pers enggak cuma kali ini saja. 2014 juga menyerang pers. Belum lagi kalau dari 1998, pernyataan Prabowo cenderung serang pers lebih lima kali. Ini catatan saya," terangnya.
Karyono melanjutkan, bisa saja jika jadi Presiden, Prabowo akan menghabisi media yang mengkritiknya.
"Saya khawatir Indonesia dipimpin Prabowo, pembredelan pers, pembungkaman demokrasi, bungkam kebebasam pendapat bisa terulang kembali jika dipimpin orang seperti prabowo," sebut Direktur Indonesia Public Institute ini.
Selain itu, Karyono juga menyesalkan ada pihak-pihak yang menggunakan agama, suku dan antsrgolongam sebagai komoditas politik.
"Saya melihat ada upaya pihak yang gunakan agama sebagai komoditss politik untuk memengaruhi pemilih di Indonesia. Ini yang patut dipersoalkan. Hal itu sudah dilarang UU antidiskriminasi ras," pungkasnya.
(Sumber: kricom.id)
Selain itu, tindakan Prabowo itu dinilai sangat tendensius oleh Karyono.
"Pernyataan Prabowo diskreditkan ke pers menurut saya pernyataan tendensius ini sebagai warning peringatan, sebagai bentuk ancaman kemerdekaan pers," kata Karyono di Jakarta, Minggu, 9 Desember 2018.
Karyono menambahkan, Prabowo bukan kali ini saja menyerang pers dan awak media. Ia mencatat, setidaknya Prabowo telah lima kali melakukan hal tersebut.
"Pernyataan Prabowo yang menyerang pers enggak cuma kali ini saja. 2014 juga menyerang pers. Belum lagi kalau dari 1998, pernyataan Prabowo cenderung serang pers lebih lima kali. Ini catatan saya," terangnya.
Karyono melanjutkan, bisa saja jika jadi Presiden, Prabowo akan menghabisi media yang mengkritiknya.
"Saya khawatir Indonesia dipimpin Prabowo, pembredelan pers, pembungkaman demokrasi, bungkam kebebasam pendapat bisa terulang kembali jika dipimpin orang seperti prabowo," sebut Direktur Indonesia Public Institute ini.
Selain itu, Karyono juga menyesalkan ada pihak-pihak yang menggunakan agama, suku dan antsrgolongam sebagai komoditas politik.
"Saya melihat ada upaya pihak yang gunakan agama sebagai komoditss politik untuk memengaruhi pemilih di Indonesia. Ini yang patut dipersoalkan. Hal itu sudah dilarang UU antidiskriminasi ras," pungkasnya.
(Sumber: kricom.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar