Breaking

Sabtu, 08 Desember 2018

PSI Berpeluang Menembus Parliamentary Threshold 4 Persen

Baca Juga

PSI Berpeluang Menembus Parliamentary Threshold 4 Persen
BIJAKNEWS.COM -- Kehadiran partai politik (parpol) baru kerap menjadi sorotan publik. Sebab taringnya belum terlihat dan teruji. Namun demikian dari sejumlah survei, parpol tersebut mendapat elektabilitas yang beragam.

Terbaru survei dari Eksekutif Elections and Strategic (indEX) Research. Lembaga survei itu menyatakan, sikap parpol pada tahapan Pilpres 2019 yang cukup ekstrem mendapat perhatian besar dari publik.

Menurut Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni, untuk parpol baru yang berkompetisi di Pileg 2019 baru Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Perindo yang mendapat elektabilitas lebih baik. PSI sejak awal kehadirannya tidak sekadar menyoroti isu pemberantasan korupsi, juga mengambil sikap tegas dalam isu-isu sensitif.

“PSI dengan keras menolak keberadaan berbagai peraturan daerah (Perda) keagamaan, atau sering disebut sebagai perda syariah,” sebut Vivin Sri Wahyuni dalam siaran persnya, Jumat, 7 Desember 2018. Meskipun sikap itu mengundang polemik, namun konsistensi PSI dalam hal penghapusan perda syariah mendulang dukungan publik.

Sikap itu, sambung Vivin, berbeda dengan parpol-parpol yang satu koalisi dengannya. Parpol tersebut bersikap ragu-ragu atau cenderung mendukung perda syariah. “Kelompok moderat yang biasanya apatis dengan politik merasa tersuarakan oleh PSI,” jelas Vivin.

Dari dinamika itu, survei indEX menemukan elektabilitas PSI bertengger di angka 1,2 persen. "Dengan memperhitungkan margin of error survei, PSI berpeluang menembus ambang batas parlemen (parliamentary threshold) sebesar 4 persen,” ujar Vivin.

Elektabilitas PSI ini tidak jauh beda dengan perolehan Partai Persatuan Indonesia (Perindo) yang mencapai 2,9 persen. “Partai Perindo menguasai media massa dan sudah eksis sejak lama membuat nama Perindo melekat di tengah masyarakat,” kata Vivin.

Disinyalir tingginya elektabilitas partai dipimpin Hary Tanoesoedibjo karena meniru cara Nasdem. Semula mendirikan ormas dengan nama yang sama. HT melakukan zig-zag politik, dari sebelumnya mendukung Prabowo Subianto pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014 kini menyeberang ke kubu Jokowi.

Sebaliknya, parpol baru dan non parlemen yang diprediksi mencapai ambang batas parlemen yakni Partai Berkarya. “Berkarya yang masuk koalisi Prabowo-Sandi berada di posisi buncit dengan elektabilitas 0,1 persen,” pungkas Vivin.

(Sumber: jawapos.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar