Baca Juga
BIJAKNEWS.COM -- Dari hasil survei Indikator Politik Indonesia terbaru, basis suara Partai Demokrat menjadi yang paling besar terbelah di antara partai pengusung pasangan calon Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Sebanyak 40,5 persen pemilih mereka menyatakan pilihan kepada pasangan calon Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Roy Suryo menduga, terbelahnya basis pemilih partainya akibat pada awal sebelum terbentuknya koalisi, partai memberikan kebebasan kepada kadernya untuk menentukan arah dukungan.
"Karena memang sejak awal di Demokrat itu sempat disampaikan kami memberikan kebebasan pada anggota Partai Demokrat untuk menentukan pilihannya. Makanya kami menyebut dua kaki. Satu kaki memenangkan pileg, satu kaki memenangkan pilpres," ujar Roy di kantor Indikator Politik Jalan Cikini V Jakarta Pusat, Rabu, 23 Januari 2019.
Permainan dua kaki Demokrat sendiri ditengarai karena partai tersebut tidak bisa mengandalkan efek ekor jas atau coattail effect. Sebab, partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu tidak memiliki kader yang dicalonkan sebagai capres maupun cawapres.
"Kami harus realistis. Karena kami tidak memiliki calon yang berasal dari Demokrat. Maka kami harus mengatakan kami tidak bisa berharap ada coattail effect," jelasnya.
Meski demikian, Roy menegaskan bahwa saat ini Demokrat berkomitmen sepenuhnya memenangkan Prabowo-Sandi. Hal itu sudah dibuktikan dengan turun langsungnya elite partai termasuk SBY dalam upaya pemenangan. Hal ini pula diharapkan dapat mengikis keterbelahan basis pemilih partai agar beralih sepenuhnya ke 02.
"Ini membuktikan loyalitas kami. Yang dulu kami bebaskan, sekarang sudah terlihat dengan turunnya Pak SBY, dukungan kepada pasangan 02 makin terasa," kata Roy.
"Itu bukti sangat besar pengaruh dari Ketum kami, terutama di internal Demokrat. Meski sekali lagi, kami tidak bisa menyamai satu dua partai di seberang yang bisa nyaris 100 persen, bahkan bisa 100 persen," pungkasnya.
(Source: jawapos.com)
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Roy Suryo menduga, terbelahnya basis pemilih partainya akibat pada awal sebelum terbentuknya koalisi, partai memberikan kebebasan kepada kadernya untuk menentukan arah dukungan.
"Karena memang sejak awal di Demokrat itu sempat disampaikan kami memberikan kebebasan pada anggota Partai Demokrat untuk menentukan pilihannya. Makanya kami menyebut dua kaki. Satu kaki memenangkan pileg, satu kaki memenangkan pilpres," ujar Roy di kantor Indikator Politik Jalan Cikini V Jakarta Pusat, Rabu, 23 Januari 2019.
Permainan dua kaki Demokrat sendiri ditengarai karena partai tersebut tidak bisa mengandalkan efek ekor jas atau coattail effect. Sebab, partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu tidak memiliki kader yang dicalonkan sebagai capres maupun cawapres.
"Kami harus realistis. Karena kami tidak memiliki calon yang berasal dari Demokrat. Maka kami harus mengatakan kami tidak bisa berharap ada coattail effect," jelasnya.
Meski demikian, Roy menegaskan bahwa saat ini Demokrat berkomitmen sepenuhnya memenangkan Prabowo-Sandi. Hal itu sudah dibuktikan dengan turun langsungnya elite partai termasuk SBY dalam upaya pemenangan. Hal ini pula diharapkan dapat mengikis keterbelahan basis pemilih partai agar beralih sepenuhnya ke 02.
"Ini membuktikan loyalitas kami. Yang dulu kami bebaskan, sekarang sudah terlihat dengan turunnya Pak SBY, dukungan kepada pasangan 02 makin terasa," kata Roy.
"Itu bukti sangat besar pengaruh dari Ketum kami, terutama di internal Demokrat. Meski sekali lagi, kami tidak bisa menyamai satu dua partai di seberang yang bisa nyaris 100 persen, bahkan bisa 100 persen," pungkasnya.
(Source: jawapos.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar