Baca Juga
BIJAKNEWS.COM -- Ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Erick Thohir, mengaku risih dengan model kampanye kompetitor atau rival mereka yang selalu menyampaikan narasi negatif seolah kondisi ekonomi nasional suram.
Erick tak terima tuduhan itu karena menyerang jago pasangan yang mereka usung. Faktanya, kata Erick, Jokowi dalam masa pemerintahannya selama masa empat tahun terakhir telah bekerja dan berbuat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
"Karena memang memang pertumbuhan ekonomi sendiri makin hari makin bagus. Perbedaan tingkat kemiskinan makin menurun. Ini Konkret. Kalau ditanya (diajukan) data BPS (Badan Pusat Statistik), tidak dipercaya. Kita bingung juga, data siapa mau dipercaya," kata Erick di sela-sela kegiatannya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu, 26 Januari 2019.
Erick kemudian memaparkan kondisi Amerika Serikat, yang digolongkan sebagai negara maju. Di negeri Paman Sam pun, katanya, kalau dibilang masyarakat miskin, juga ada orang-orang terlantar dan berada di jalanan.
Pemerintah, kata Erick, tak menolak kritik. Namun seyogianya kritik itu mesti disertai data, bukan asal melemparkan tuduhan yang membuat masyarakat pesimis dan ketakutan.
"Kita harus bicara dengan data. Ini yang saya sayangkan: kalau dari paslon (pasangan calon) 02 yang diangkat selalu kebohongan. [contoh] Ratna [Sarumpaet] oplas (operasi plastik), [rumor] kontainer [berisi surat suara tercoblos], dan terus," kata dia.
Erick juga menyoroti polemik belakangan ini yang mencuat berkaitan dengan dukungan duta besar Uni Eropa untuk Indonesia kepada pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Dia sudah mengonfirmasi kabar itu tidak benar.
"Setelah saya temui temui, dan semua wartawan bertemu, dia (Duta Besar Uni Eropa) bilang netral. Karena memang kita tahu tidak mungkin negara-negara Eropa, Amerika, Jepang, China, itu ikut campur politik dalam negeri kita, dan itu tidak boleh. Kebohongan ini yang harus kita jaga [dari masyarakat],” ujarnya.
Dia meyakini rakyat pun kian pintar dan cerdas untuk menyeleksi kabar semacam itu. Mereka kini menyadari tak mau memilih pemimpin yang gemar berbohong atau bersandiwara. “Karena yang bangsa lain optimis, kok, kita pesimis.”
(Source: viva.co.id)
Erick tak terima tuduhan itu karena menyerang jago pasangan yang mereka usung. Faktanya, kata Erick, Jokowi dalam masa pemerintahannya selama masa empat tahun terakhir telah bekerja dan berbuat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
"Karena memang memang pertumbuhan ekonomi sendiri makin hari makin bagus. Perbedaan tingkat kemiskinan makin menurun. Ini Konkret. Kalau ditanya (diajukan) data BPS (Badan Pusat Statistik), tidak dipercaya. Kita bingung juga, data siapa mau dipercaya," kata Erick di sela-sela kegiatannya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu, 26 Januari 2019.
Erick kemudian memaparkan kondisi Amerika Serikat, yang digolongkan sebagai negara maju. Di negeri Paman Sam pun, katanya, kalau dibilang masyarakat miskin, juga ada orang-orang terlantar dan berada di jalanan.
Pemerintah, kata Erick, tak menolak kritik. Namun seyogianya kritik itu mesti disertai data, bukan asal melemparkan tuduhan yang membuat masyarakat pesimis dan ketakutan.
"Kita harus bicara dengan data. Ini yang saya sayangkan: kalau dari paslon (pasangan calon) 02 yang diangkat selalu kebohongan. [contoh] Ratna [Sarumpaet] oplas (operasi plastik), [rumor] kontainer [berisi surat suara tercoblos], dan terus," kata dia.
Erick juga menyoroti polemik belakangan ini yang mencuat berkaitan dengan dukungan duta besar Uni Eropa untuk Indonesia kepada pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Dia sudah mengonfirmasi kabar itu tidak benar.
"Setelah saya temui temui, dan semua wartawan bertemu, dia (Duta Besar Uni Eropa) bilang netral. Karena memang kita tahu tidak mungkin negara-negara Eropa, Amerika, Jepang, China, itu ikut campur politik dalam negeri kita, dan itu tidak boleh. Kebohongan ini yang harus kita jaga [dari masyarakat],” ujarnya.
Dia meyakini rakyat pun kian pintar dan cerdas untuk menyeleksi kabar semacam itu. Mereka kini menyadari tak mau memilih pemimpin yang gemar berbohong atau bersandiwara. “Karena yang bangsa lain optimis, kok, kita pesimis.”
(Source: viva.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar