Baca Juga
JAKARTA, BijakNews.com -- Ketua Organizing Committee ijtimak ulama dan tokoh III, Slamet Maarif menyatakan pihaknya akan mengundang seluruh ulama dan tokoh yang hadir dalam ijtimak ulama I dan II. Kecuali ulama dan tokoh yang selama gelaran Pilpres 2019 sudah beralih menjadi cebong.
"Semua yang diundang di ijtimak ulama satu dan dua akan kami undang, kecuali yang sudah menjadi cebong tidak akan kami undang," ujar Slamet di Resto Hayam Wuruk, Jakarta, Senin, 29 April 2019.
Istilah cebong merupakan sebutan untuk pendukung paslon 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang diberikan oleh pendukung paslon 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Sementara pendukung Prabowo-Sandi disebut kampret oleh pendukung Jokowi-Ma'ruf.
Slamet menuturkan ijtimak ulama dan tokoh III digelar untuk membahas kecurangan yang dialami paslon 02 dalam Pilpres 2019. Karena itu pihaknya memberi 'panggung' kepada BPN Prabowo-Sandi beserta relawannya untuk memberi pemaparan tentang kecurangan pilpres.
Hal ini dilakukan karena hasil ijtimak ulama I dan II merekomendasikan Prabowo sebagai capres berpasangan dengan ulama.
"Maka secara otomatis yang akan hadir untuk mempresentasikan tentang kecurangan ataupun paparan lainnya pasti adalah dari kubu capres dan cawapres hasil ijtimak ulama," ujarnya.
Lebih lanjut, Slamet belum bisa memastikan ijtimak ulama III akan menghasilkan rekomendasi atau tidak terkait Pilpres 2019. Ia mengaku rekomendasi merupakan kesepakatan musyawarah dari peserta ijtima.
"Apa perlu ada rekomendasi atau tidak nanti diserahkan dalam musyawarah," ujar Slamet.
Terkait peserta yang hadir, Slamet juga enggan berspekulasi berapa banyak. Yang jelas tidak berbeda jauh dengan ijtimak ulama I dan II, yakni diprediksi lebih dari 1.500 ulama dan tokoh dari berbagai daerah.
"Yang pasti tidak akan jauh dengan ijtimak satu dan dua. Sekitar 1.500 ulama dan tokoh," ujarnya.
Tak Perlu Takut Ijtimak
Ketum FPI Shobri Lubis mengaku mempertanyakan pihak-pihak yang ketakutan dengan ijtimak ulama III. Tanpa menyebut siapa yang dimaksud, ia mengatakan ijtimak ulama merupakan forum musyawarah.
"Kalau ada orang ketakutan dengan ijtimak ulama ini aneh. Ulama mau musyawarah kok ketakutan, pakai dilarang. Ada apa," ujar Shobri.
Shobri mengatakan tidak ada pihak yang bisa melarang masyarakat untuk bermusyawarah. Ia berkata musyawarah dijamin oleh undang-undang.
"Katakanlah nanti ada yang mau demonstrasi. Itu juga dijamin UU kita. Apa yang harus ditakutkan?," ujarnya.
Lebih dari itu, ia menegaskan gerakan yang dilakukan ulama tidak akan keluar dari konstitusi, meski melibatkan banyak massa.
"Jadi enggak usah terlalu takut. Tapi kalau takut mungkin penjahat akan takut. Itu wajar-wajar saja," ujarnya.
(Source: cnnindonesia.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar