Baca Juga
JAKARTA, BijakNews.com -- Terdakwa kasus pencemaran nama baik lewat ujaran 'idiot' Ahmad Dhani Prasetyo kembali menuliskan surat dari balik tahanan Rutan Klas I Surabaya, Medaeng, Sidoarjo. Dalam suratnya kali ini, Dhani menyinggung soal tuduhan makar jilid II.
"Waspadai penangkapan penculikan tokoh atas nama makar II. Makar I terjadi 2 Desember 2016," kata Dhani dalam suratnya yang diterima CNNIndonesia.com, Kamis, 9 Mei 2019.
Dalam surat itu Musikus Dewa 19 tersebut mulanya menyinggung soal proses situng yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam Pilpres dan Pemilu 2019 ini.
Dhani meminta agar KPU segera menghentikan situngnya. Proses itu kata Dhani harus segera diaudit secara jujur, sebab menurutnya selama ini perhitungan tersebut mengalami kesalahan sehingga mengunggulkan calon presiden yang salah.
Jika KPU tak menghentikan perhitungan tersebut, maka, kata Dhani gerakan people power pun bakal segera terjadi dan makin membesar, bagaikan bola salju.
"Gerakan people power sudah pasti mulai menggelinding bagaikan bola salju," tulis Dhani.
Dhani menyebut jika nantinya people power itu benar-benar terjadi, maka kepolisian pun bakal menangakapi para tokoh dengan tuduhan perbuatan makar. Dhani mencatut nama beberapa orang, termasuk Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
"Apa Polri mau membela rezim curang? Let us see. Apa TNI mau membela rezim curang? Sejarah akan membuktikan," tambah Dhani.
Dhani juga sempat menyinggung bahwa rezim kali ini juga mengorbankan banyak nyawa untuk melanggengkan kekuasaan. Hal itu kata Dhani terlihat dari banyaknya petugas TPS yang meninggal saat gelaran Pemilu.
Atas kejadian itu, Politikus Partai Gerindra ini pun menyalahkan Presiden Joko Widodo. Ia bahkan mengatakan gelaran pilpres tahun ini, adalah pilpres paling berdarah.
"Apakah kali ini rezim harus mengambil banyam nyawa rakyat untuk melanggengkan 2 periode? Pasca pilpres, Jokowi menambah satu prestasi lagi, pilpres paling berdarah," ujarnya.
Tak hanya Jokowi, Dhani juga sempat menyinggung DPR-MPR, NU Banser dan Muhammadiyah yang tak memberikan sikap apapun, terkait gugurnya ratusan petugas TPS. "DPR-MPR, NU Banser dan Muhammadiyah, bungkam ada 500-an korban KPU Airlines. Buta dan tuli?" kata dia.
(Source: cnnindonesia.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar