Baca Juga
JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M Syarif menyatakan berdasarkan data lembaga antirasuah, pelaku tindak pidana korupsi yang ditangani pihaknya paling banyak berlatar belakang pendidikan S2 atau magister.
"Yang paling tinggi yang korupsi itu adalah yang berpendidikan S2, lebih dari 200 orang," kata Syarif di depan ratusan kepala desa berprestasi di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (16/8/2019).
Kemudian, koruptor berpendidikan S1 atau sarjana berada di urutan kedua yakni sekitar 100 orang. Sementara itu, untuk koruptor lulusan S3 atau doktor ada di posisi ketiga dengan jumlah 53 orang.
Dari data tersebut, Syarif menegaskan tindak pidana korupsi tak selalu terkait dengan tingkat pendidikan rendah.
"Ini data yang di KPK, belum di polisi dan jaksa. Yang SD tidak ada," tutur Syarif, yang diiringi tawa kecil dari kepala desa yang hadir.
Syarif juga mengatakan bahwa korupsi tak ada hubungannya dengan soal kemiskinan. Salah satunya, kata Syarif, gubernur dan deputi gubernur Bank Indonesia (BI) yang memiliki gaji tinggi pun sudah ada yang korupsi.
Selain itu, lanjut Syarif, para tersangka KPK yang sering bolak-balik diperiksa mengenakan rompi tahanan oranye rata-rata orang 'berduit'.
"Dan kalau bapak dan ibu lihat, yang pakai oranye di depan KPK tidak ada yang miskin. Kita lihat LHKPN hartanya, miliaran, punya tanah banyak, mobil banyak," ujarnya.
(cnn/fer)
"Yang paling tinggi yang korupsi itu adalah yang berpendidikan S2, lebih dari 200 orang," kata Syarif di depan ratusan kepala desa berprestasi di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (16/8/2019).
Kemudian, koruptor berpendidikan S1 atau sarjana berada di urutan kedua yakni sekitar 100 orang. Sementara itu, untuk koruptor lulusan S3 atau doktor ada di posisi ketiga dengan jumlah 53 orang.
Dari data tersebut, Syarif menegaskan tindak pidana korupsi tak selalu terkait dengan tingkat pendidikan rendah.
"Ini data yang di KPK, belum di polisi dan jaksa. Yang SD tidak ada," tutur Syarif, yang diiringi tawa kecil dari kepala desa yang hadir.
Syarif juga mengatakan bahwa korupsi tak ada hubungannya dengan soal kemiskinan. Salah satunya, kata Syarif, gubernur dan deputi gubernur Bank Indonesia (BI) yang memiliki gaji tinggi pun sudah ada yang korupsi.
Selain itu, lanjut Syarif, para tersangka KPK yang sering bolak-balik diperiksa mengenakan rompi tahanan oranye rata-rata orang 'berduit'.
"Dan kalau bapak dan ibu lihat, yang pakai oranye di depan KPK tidak ada yang miskin. Kita lihat LHKPN hartanya, miliaran, punya tanah banyak, mobil banyak," ujarnya.
(cnn/fer)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar