Baca Juga
PASAMAN, BijakNews.com -- Harga sawit Rp 750 per kilogram membuat petani sawit di Tigo Nagari Pasaman menjerit perih.
Harga tidak pernah mencapai harga ekonomis petani yakni di kisaran Rp 1200 per kilogram.
"Harga kekinian yang Rp 750 per kilo buat kami di sini menjerit perih pak gubernur, banyak kridit motor tidak terbayar dan ditarik oleh dealer, hutang pun bunga berbunga. Hanya di era Pak SBY kami merasakan enaknya jadi petani sawit karena harga mencapai Rp 1600 per kilo waktu itu," ujar Martias tokoh masyarakat Tigo Nagari Pasaman saat dialog jelang berbuka puasa dengan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Jumat, 10 Mei 2019 di Kantor Camat Tigo Nagari.
Menurut Martias sebab musabab harga sawit mereka rendah karena tidak ada pabrik pengelolaan sawit di Tigo Nagari bahkan di Pasaman.
"Kami satu-satunya daerah lumbung sawit tidak punya pabrik pak, padahal lahan kebun sawit mencapai 15 ribu hektar milik masyarakat tidak perusahaan," ujar Martias.
Akibatnya petani sawit menjual ke pabrik di Agam dan di Pasaman Barat biaya ongkos berat harga beli pun rendah.
"Mohonlah pak gubenur mencarikan atau merekomendasikan investor pabrik sawit untuk Tigo Nagari, untuk.lahan aman dan tersedia," ujar Martias.
Selama ini investor telah banyak yang datang, tapi masyarakat menilai kelas mereka baru investor abal-abal.
"Tapi kalau Pak Irwan Prayitno merekomendasikan mungkin harapan Tigo Nagari punya pabrik sawit segera terujud," ujarnya.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno memaklumi soal rendahnya harga sawit berdampak pada geliat ekonomi masyarakat di Tigo Nagari.
"Saya paham karena harga sawit itu ditentukan harga pasaran dunia, tapi untuk pabrik saya akan minta Pak Benny (Assiten II,red) untuk menjajaki investor pabrik, asal lahan tersedia dam aman," ujar Irwan Prayitno pada dialog jelang berbuka mengawali Safari Ramadhan Tim Sumbar 1 ke Masjid Nurul Huda Kampung Anau, Nagari Ladang Panjang Tigo Nagari Pasaman.
(by/rilis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar