Baca Juga
LOMBOK TENGAH, NTB -- Dalam kunjungan kerja ke Provinsi Nusa Tenggara Barat, Presiden Joko Widodo melaksanakan ibadah salat Jumat di Masjid Nur Syahada, yang berada di Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Jumat (17/2019).
Masjid Nur Syahada terbilang unik, karena atap dari masjid tersebut terbuat dari alang-alang dan bangunannya pun didominasi oleh bahan yang terbuat dari kayu. Masjid tersebut juga dikelilingi rumah-rumah adat yang terbuat dari kayu dan atap rumah yang terbuat dari tumpukan alang-alang.
Di desa ini tinggal ratusan warga asli Suku Sasak. Selain bentuk rumah yang unik, unsur budaya juga masih turut dijaga. Salah satunya adalah pintu masuk rumah yang dibuat rendah, sehingga setiap orang yang akan berkunjung akan selalu menunduk. Hal tersebut memiliki makna bahwa setiap orang yang akan berkunjung ke rumah orang lain harus selalu menunjukkan rasa hormat dan menjunjung tinggi sopan santun.
Keunikan lain yang ditemukan di desa ini adalah cara membersihkan lantai rumah mereka yang tentu saja tidak terbuat dari keramik. Warga di desa ini membersihkan lantai rumah mereka dengan kotoran kerbau untuk menghilangkan debu dan membuat lantai menjadi kuat. Kotoran kerbau yang digunakan adalah yang sudah kering.
Melihat sejumlah keunikan tersebut, maka tidak heran jika Presiden Joko Widodo tidak langsung meninggalkan desa tersebut usai melaksanakan ibadah salat Jumat, melainkan lebih memilih untuk “berwisata” terlebih dahulu.
Saat menelusuri jalan di antara rumah-rumah kayu, banyak warga yang berjualan hasil karya kerajinan mereka. Presiden pun sempat singgah beberapa kali ke sejumlah rumah untuk membeli kerajinan hasil karya para ibu yang ada di desa tersebut.
Di sini, memang hampir semua wanita bisa menenun sehingga beragam kain tenun atau songket dengan warna yang beragam pun tampak ditampilkan di hadapan Kepala Negara. Bahkan, tampak pula beberapa wanita yang sedang menenun dengan menggunakan alat tenun tradisional dari kayu.
Sebelum meninggalkan Dusun Sade, Presiden disuguhi tarian peresean, tarian yang menggambarkan pertarungan antara dua lelaki yang bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan berperisai kulit kerbau yang tebal dan keras.
Turut mendampingi Presiden dalam kunjungan kali ini adalah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana dan Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah.
Sumber: Biro Pers Istana Kepresidenan
Masjid Nur Syahada terbilang unik, karena atap dari masjid tersebut terbuat dari alang-alang dan bangunannya pun didominasi oleh bahan yang terbuat dari kayu. Masjid tersebut juga dikelilingi rumah-rumah adat yang terbuat dari kayu dan atap rumah yang terbuat dari tumpukan alang-alang.
Di desa ini tinggal ratusan warga asli Suku Sasak. Selain bentuk rumah yang unik, unsur budaya juga masih turut dijaga. Salah satunya adalah pintu masuk rumah yang dibuat rendah, sehingga setiap orang yang akan berkunjung akan selalu menunduk. Hal tersebut memiliki makna bahwa setiap orang yang akan berkunjung ke rumah orang lain harus selalu menunjukkan rasa hormat dan menjunjung tinggi sopan santun.
Keunikan lain yang ditemukan di desa ini adalah cara membersihkan lantai rumah mereka yang tentu saja tidak terbuat dari keramik. Warga di desa ini membersihkan lantai rumah mereka dengan kotoran kerbau untuk menghilangkan debu dan membuat lantai menjadi kuat. Kotoran kerbau yang digunakan adalah yang sudah kering.
Melihat sejumlah keunikan tersebut, maka tidak heran jika Presiden Joko Widodo tidak langsung meninggalkan desa tersebut usai melaksanakan ibadah salat Jumat, melainkan lebih memilih untuk “berwisata” terlebih dahulu.
Saat menelusuri jalan di antara rumah-rumah kayu, banyak warga yang berjualan hasil karya kerajinan mereka. Presiden pun sempat singgah beberapa kali ke sejumlah rumah untuk membeli kerajinan hasil karya para ibu yang ada di desa tersebut.
Di sini, memang hampir semua wanita bisa menenun sehingga beragam kain tenun atau songket dengan warna yang beragam pun tampak ditampilkan di hadapan Kepala Negara. Bahkan, tampak pula beberapa wanita yang sedang menenun dengan menggunakan alat tenun tradisional dari kayu.
Sebelum meninggalkan Dusun Sade, Presiden disuguhi tarian peresean, tarian yang menggambarkan pertarungan antara dua lelaki yang bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan berperisai kulit kerbau yang tebal dan keras.
Turut mendampingi Presiden dalam kunjungan kali ini adalah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana dan Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah.
Sumber: Biro Pers Istana Kepresidenan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar