Baca Juga
PADANG – Isak tangis Rita pecah ketika ketua TP PKK Kota Padang Harneli Bahar sampai di rumah wanita tangguh berprofesi sebagai pemecah batu. Perempuan itu tidak menyangka, istri orang nomor satu di Kota Padang itu datang ke rumahnya. Beralaskan tikar merah, ibu tiga anak itu menceritakan kesehariannya kepada Harneli, bagaimana ia mencari nafkah memenuhi kehidupan sehari-hari.
Mencari batu ke sungai dan memecehkannya, profesi ini memang lekat dilakukan oleh seorang laki-laki. Sebab pekerjaan ini sangat berat dan pastinya sangat melelahkan. Bagaimana tidak, setiap hari harus mencari dan membawa batu dari sungai, kemudian dipecahkan satu persatu.
Kendati demikian tidak menyurutkan semangatnya untuk mencari rezeki yang halal. Ia memutuskan untuk menjalani pekerjaan tersebut lantaran pekerjaan sebelumnya sebagai pelayan rumah makan tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.
Rita memiliki tiga anak, Dedek Fitria (15), Febriansa Riska (10), Seno Pati (9) dan ibunya yang sudah berusia 65 tahun. Berbeda dengan kedua kakaknya (Dedek dan Febriana). Seno hanya bisa terbaring di lantai karena terkena penyakit kejang, sedangkan sang ibunya terkena penyakit stroke.
Setiap hari ia harus membawa martil seberat 10 kilogram ke sungai Ulu Gadut untuk memecahkan batu. Berangkat pagi lalu kembali siang hari untuk memberi ibu dan anaknya makan. Lalu ketika panas mulai teduh kembali kesungai hingga matahari tenggelam.
“Dulu saya bekerja sebagai pelayan rumah makan, karena pekerjaan itu membutuhkan waktu lama dan jauh dari rumah. Maka saya putuskan untuk berhenti, ibu sakit dan anak saya bungsu (Seno) juga tak bisa berjalan,” sebutnya di hadapan Istri Wali Kota Padang Mahyeldi itu, Sabtu (18/05/2019).
Ia mengaku, menjadi pemecah batu bukanlah hal yang muda. Ia sempat kesulitan pada awal pekerjaan terebut lantaran mencari langganan dan tidak setiap hari orang memesan batu. Meski pendapatannya tak seberapa, namun itu harus dilakukan untuk biaya anak sekolah dan biaya hidup sehari-hari.
“Harga batu satu mobil Colt Diesel itu Rp. 80.000, biasanya saya kumpulkan selama dua hari. Jadi penghasilannya Rp. 40.000 perhari. Kesulitan yang saya alami ketika sungai mengering sehingga batu tidak ada yang hanyut,” tambahnya.
Selain hanya mencukupi kebutuhan pokok sehari-sehari, Rita juga terkendala dengan biaya perbaikan rumah. Rumah yang ia tempati itu atapnya sudah mulai rapuh dan kuda-kuda rumahnya sudah lapuk.
“Ketika hujan, atap sering bocor dan kami harus pindah ke rumah tetangga untuk berteduh,” jelasnya.
Rita yang sudah berpisah dengan suaminya sejak lima tahun, berharap, Pemerintah Kota Padang dan TP PKK Kota Padang bisa mencarikan solusi perbaikan rumah, biaya sekolah dan pengobatan ibu dan anaknya.
“Kalau bisa jangan jadi pemecah batu, pekerjaan ini berat dan dilakukan kebanyakan anak laki-laki’, misalnya berdagang, sekalian bisa menjaga anak dan ibu yang sedang sakit,” katanya.
Gayungpun bersambut, Ketua TP PKK Kota Padang itu mengaku kunjungannya ke rumah Rita untuk melihat langsung kondisi Rita bersama anak-anaknya. Sekaligus melihat rumah Rita yang katanya sudah tidak layak huni itu.
“Kita tahu kondisi Rita ketika peringatan hari Kartini kemaren. Untuk itu kita kesini melihat secara langsung,” ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakan, pada Ramadhan 1440 H, Pemko Padang dan Baznas Kota Padang akan melakukan bedah rumah dan rumah-rumah tersebut ditargetkan selesai dibedah sebelum Hari Raya Idul Fitri.
“Saya ingin secepatnya rumah ini dibedah. Kita aka koordinasikan dengan Baznas Kota Padang, tapi rumah ini berada di kawasan PT. Semen Padang, maka perlu berkoordinasi dengan PT. Semen Padang, baru bisa melakukan bedah rumah,” jelasnya.
Ia menambahkan, setelah rumah ini selesai diperbaiki nanti akan dibuatkan kedai kecil-kecilan di depan rumah, sehingga ia bisa berjualan sambil menjaga ibu dan anaknya yang sedang sakit,” tambah Harneli yang kerap dipanggil Umi itu.
Senada dengan itu, Kepala DP3AP2KB Heryanto Rustam mengatakan, program yang di gagas TP PKK Kota Padang ini merupakan program pemberdayaan perempuan. Di kota Padang ini banyak perempuan-perempuan tangguh menjadi tulang punggung keluarga. “Ada yang jadi tukang sayur, tukang buah dan ada yang berjualan di pasar,” jelasnya.
Ia menambahakan, sejauh ini kegiatan seperti telah dilakukan tiga kali. “Kita beri apresiasi berupa Tabanas dan bantuan terhadap wanita tangguh itu,” imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, ketua TP PKK Kota Padang juga mengadakan buka bersama di rumah Rita. Hadir dalam kesempatan tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Padang Fery Mulyani, Camat Lubuk Kilangan Yalmasril.
(rel)
Mencari batu ke sungai dan memecehkannya, profesi ini memang lekat dilakukan oleh seorang laki-laki. Sebab pekerjaan ini sangat berat dan pastinya sangat melelahkan. Bagaimana tidak, setiap hari harus mencari dan membawa batu dari sungai, kemudian dipecahkan satu persatu.
Kendati demikian tidak menyurutkan semangatnya untuk mencari rezeki yang halal. Ia memutuskan untuk menjalani pekerjaan tersebut lantaran pekerjaan sebelumnya sebagai pelayan rumah makan tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.
Rita memiliki tiga anak, Dedek Fitria (15), Febriansa Riska (10), Seno Pati (9) dan ibunya yang sudah berusia 65 tahun. Berbeda dengan kedua kakaknya (Dedek dan Febriana). Seno hanya bisa terbaring di lantai karena terkena penyakit kejang, sedangkan sang ibunya terkena penyakit stroke.
Setiap hari ia harus membawa martil seberat 10 kilogram ke sungai Ulu Gadut untuk memecahkan batu. Berangkat pagi lalu kembali siang hari untuk memberi ibu dan anaknya makan. Lalu ketika panas mulai teduh kembali kesungai hingga matahari tenggelam.
“Dulu saya bekerja sebagai pelayan rumah makan, karena pekerjaan itu membutuhkan waktu lama dan jauh dari rumah. Maka saya putuskan untuk berhenti, ibu sakit dan anak saya bungsu (Seno) juga tak bisa berjalan,” sebutnya di hadapan Istri Wali Kota Padang Mahyeldi itu, Sabtu (18/05/2019).
Ia mengaku, menjadi pemecah batu bukanlah hal yang muda. Ia sempat kesulitan pada awal pekerjaan terebut lantaran mencari langganan dan tidak setiap hari orang memesan batu. Meski pendapatannya tak seberapa, namun itu harus dilakukan untuk biaya anak sekolah dan biaya hidup sehari-hari.
“Harga batu satu mobil Colt Diesel itu Rp. 80.000, biasanya saya kumpulkan selama dua hari. Jadi penghasilannya Rp. 40.000 perhari. Kesulitan yang saya alami ketika sungai mengering sehingga batu tidak ada yang hanyut,” tambahnya.
Selain hanya mencukupi kebutuhan pokok sehari-sehari, Rita juga terkendala dengan biaya perbaikan rumah. Rumah yang ia tempati itu atapnya sudah mulai rapuh dan kuda-kuda rumahnya sudah lapuk.
“Ketika hujan, atap sering bocor dan kami harus pindah ke rumah tetangga untuk berteduh,” jelasnya.
Rita yang sudah berpisah dengan suaminya sejak lima tahun, berharap, Pemerintah Kota Padang dan TP PKK Kota Padang bisa mencarikan solusi perbaikan rumah, biaya sekolah dan pengobatan ibu dan anaknya.
“Kalau bisa jangan jadi pemecah batu, pekerjaan ini berat dan dilakukan kebanyakan anak laki-laki’, misalnya berdagang, sekalian bisa menjaga anak dan ibu yang sedang sakit,” katanya.
Gayungpun bersambut, Ketua TP PKK Kota Padang itu mengaku kunjungannya ke rumah Rita untuk melihat langsung kondisi Rita bersama anak-anaknya. Sekaligus melihat rumah Rita yang katanya sudah tidak layak huni itu.
“Kita tahu kondisi Rita ketika peringatan hari Kartini kemaren. Untuk itu kita kesini melihat secara langsung,” ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakan, pada Ramadhan 1440 H, Pemko Padang dan Baznas Kota Padang akan melakukan bedah rumah dan rumah-rumah tersebut ditargetkan selesai dibedah sebelum Hari Raya Idul Fitri.
“Saya ingin secepatnya rumah ini dibedah. Kita aka koordinasikan dengan Baznas Kota Padang, tapi rumah ini berada di kawasan PT. Semen Padang, maka perlu berkoordinasi dengan PT. Semen Padang, baru bisa melakukan bedah rumah,” jelasnya.
Ia menambahkan, setelah rumah ini selesai diperbaiki nanti akan dibuatkan kedai kecil-kecilan di depan rumah, sehingga ia bisa berjualan sambil menjaga ibu dan anaknya yang sedang sakit,” tambah Harneli yang kerap dipanggil Umi itu.
Senada dengan itu, Kepala DP3AP2KB Heryanto Rustam mengatakan, program yang di gagas TP PKK Kota Padang ini merupakan program pemberdayaan perempuan. Di kota Padang ini banyak perempuan-perempuan tangguh menjadi tulang punggung keluarga. “Ada yang jadi tukang sayur, tukang buah dan ada yang berjualan di pasar,” jelasnya.
Ia menambahakan, sejauh ini kegiatan seperti telah dilakukan tiga kali. “Kita beri apresiasi berupa Tabanas dan bantuan terhadap wanita tangguh itu,” imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, ketua TP PKK Kota Padang juga mengadakan buka bersama di rumah Rita. Hadir dalam kesempatan tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Padang Fery Mulyani, Camat Lubuk Kilangan Yalmasril.
(rel)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar