Baca Juga
BIJAKNEWS.COM -- Pencanangan penggunaan kain
tenun Minang sebagai seragam dinas itu dilakukan Gubernur dengan
Penandantanganan Komitmen Bersama pengembanganan tenun Minang, antara
Pemprov, Perwakilan BI Sumbar dan tujuh Bupati/Walikota di Aula Anggun
Nan Tongga, Kantor Perwakilan BI Sumbar, Senin Kemaren .
Adapun ketujuh daerah tersebut adalah
Kota Padang, Payakumbuh, Bukittinggi, Sawahlunto, Kabupaten Limapuluh
Kota, Sijunjung dan Kabupaten Tanah Datar.
Untuk itu, Gubernur Irwan Prayitno
mengimbau kepada seluruh seluruh lapisan masyarakat Minangkabau untuk
memiliki dan menggunakan Tenun Minang sebagai busana kebanggaan Sumbar
yang dapat digunakan pada setiap kesempatan. Dan kepada OPD,
instansi/lembaga vertikal di Sumatera Barat, mari menggunakan Tenun
Minang sebagai salah satu seragam kerja, minimal satu minggu sekali.
“Dengan pencanangan ini, minimal satu
minggu sekali, seluruh ASN lingkup Pemprov Sumbar akan mengenakan tenun
khas Minang sebagai seragamnya,” kata Irwan Prayitno.
Pemprov Sumbar mendukung pencanangan
Transformasi Tenun Minang dapat menjadi pendorong pertumbuhan
perekonomian dengan mengembangkan UMKM dan ekonomi kreatif menuju
digitalisasi UMKM dan Pariwisata maju di Sumatera Barat.
“Kita berharap melalui pencanangan ini
maka pertumbuhan ekonomi kreatif khususnya di sektor fashion dan juga
pariwisata di Sumbar akan semakin tinggi yang pada gilirannya akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ucapnya. Pencanangan
Transformasi Tenun Minang di Sumatera Barat juga diharapkan menjadi
salah satu stimulus pemulihan ekonomi pada masa pandemi. Kebijakan itu
dinilainya sebagai inovasi yang baik, sehingga diharapkan memacu geliat
industri rakyat.
Jika ingin pemakaian kain khas daerah
itu masif, kata dia, maka diperlukan produksi yang lebih banyak, dalam
waktu lebih cepat, dan harga yang relatif lebih terjangkau.
Selanjutnya, kebanggaan akan Tenun
Minang dapat mendorong wisatawan baik domestic maupun asing untuk
menjadikan Tenun Minang sebagai oleh-oleh yang wajib dibeli. Mengingat
60 persen turis yang datang ke Sumbar berasal dari Malaysia, hal
tersebut secara tidak langsung akan menjadikan Tenun Minang sebagai
salah satu komoditas ekspor yang dapat mendukung perbaikan current
account deficit Sumbar.
“Mulai saat ini, kita tidak lagi
menyebut tenun unggan, songket pandai sikek, songket halaban. Kita bisa
sebut semua itu dengan tenung Minang, agar mudah bagi orang luar Sumbar
atau wisatawan untuk mengasosiasikan kekayaan tenun dan songket di
Minangkabau dengan satu kata Tenun Minang,” imbau Gubernur Sumbar.
Khususnya jika masyarakat secara
bersama-sama menggunakan Tenun Minang, produk kebanggaan Sumatera Barat
sekaligus sebagai upaya pelestarian warisan budaya Minangkabau.
“Semoga Allah meridhoi ikhtiar kita dalam mengembangkan ekonomi di Sumatera Barat,” tutupnya.
hms- Sumbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar