Breaking

Minggu, 16 Oktober 2022

Daya Dukung dan Daya Tampung Destinasi Wisata Alam di Indonesia

Baca Juga


BIJAKNEWS.COM -- 
Daya dukung destinasi wisata merupakan suatu konsep dasar yang dikembangkan dengan tujuan untuk aktivitas pemanfaatan jasa sumber daya alam dan lingkungan yang ada di sekitarnya secara lestari berdasarkan dengan kemampuan masing – masing sumber daya alam itu sendiri.

Pengembangan konsep ini mempunyai tujuan utama untuk bisa mengurangi terjadinya berbagai kerusakan sumber daya alam dan lingkungan yang ada di sekitarnya sehingga bisa mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang lebih maksimal, baik itu secara kualitatif, kuantitatif dan berkelanjutan.

Pembuatan rencana pengembangan pariwisata harus mempertimbangkan dan memperhatikan daya dukung yang didasarkan pada tujuan pariwisata bersangkutan. Adanya sarana pariwisata yang memadai merupakan salah satu faktor penentu daya dukung seperti infrastruktur jalan hingga tempat peristirahatan.

Selain itu, rasanya sangat penting untuk memperhatikan seberapa baik kemampuan lingkungan dalam mendukung sarana itu sendiri.

Perencanaan pengembangan pariwisata yang tidak mempertimbangkan dan memperhatikan daya dukung lingkungan sekitarnya, akan menurunkan kualitas dari lingkungan hingga terjadi berbagai kerusakan ekosistem karena digunakan untuk tujuan pariwisata. Pada akhirnya, secara perlahan tapi pasti, kondisi tersebut akan menghambat atau parahnya lagi menghentikan perkembangan pariwisata itu.

Pentingnya Penilaian Daya Dukung & Daya Tampung Pada Destinasi Wisata
Berbagai masalah banyak dihadapi oleh destinasi wisata populer, baik itu dari segi daya dukung lingkungan maupun sosial budaya, daya tampung, hingga infrastruktur yang pada akhirnya akan berdampak pada pengalaman wisatawan.

Jika kondisi tersebut tak segera mendapatkan penanganan lebih lanjut, hilangnya keseimbangan menjadi hal yang sangat wajar terjadi. Sedangkan mulai bermunculannya destinasi pariwisata baru tanpa ada perencanaan yang matang dan sesuai dengan aturan pembangunan atau karakteristik daerah bersangkutan, akan menyebabkan pertumbuhan yang tidak tertata rapi.

Merujuk pada sejarah perkembangan pariwisata secara global akhir – akhir ini, isu overtourism sempat mencuat dan menjadi bahan perbincangan hangat masyarakat dunia. Isu tersebut dikait – kaitkan dengan beberapa negara yang mempunyai destinasi pariwisata populer saja. 

Contohnya seperti Amsterdam, Barcelona, Venezia dan masih banyak lagi. Munculnya isu overtourism tersebut, menyebabkan adanya gerakan antituris.

Overtourism erat kaitannya dengan daya tampung destinasi pariwisata. Overtourism merupakan kondisi dimana jumlah kunjungan wisatawan terlalu membeludak sehingga menyebabkan warga lokal merasa terganggu dengan berbagai aktivitas wisatawan yang datang.

Tanda – tanda mulai munculnya overtourism bisa dilihat dari beberapa hal seperti, kondisi lingkungan destinasi pariwisata mulai mengalami kerusakan, satwa liar tidak berani muncul, ruang publik terlalu padat, hingga jalan umum menjadi semakin macet karena lalu lalang kendaraan wisata.

Kasus Overtourism di Indonesia yang Berkaitan dengan Daya Dukung dan Daya Tampung
Di dalam negeri sendiri, beberapa kasus overtourism sangat rentan terhadap kerusakan. Namun pada kenyataannya isu kapasitas daya dukung dan daya tampung kurang mendapat perhatian lebih lanjut.
Kasus overtourism yang pernah ramai diperbincangkan adalah kasus carut marut aktivitas wisata di Gua Pindul Yogyakarta, kemudian ada banyaknya sampah plastik di pesisir Pulau Bali, termasuk salah satunya pesisir Pantai Kuta.

Dari beberapa kasus overtourism di Indonesia, bisa jadi acuan bahwa masih banyak daerah yang kurang peduli dengan yang namanya daya dukung dan daya tampung di lingkungan sekitar destinasi pariwisata, sehingga perlu ditingkatkan.

Sebagian besar stakeholder, hanya fokus pada bagaimana cara mendapatkan banyak kunjungan hingga meningkatkan pendapatan saja. Memang, fokus pada keberhasilan ekonomi itu penting, tapi juga harus dibarengi dengan kesadaran akan dampak terhadap lingkungan dan sosial budaya yang sampai saat ini masih menyisakan banyak pertanyaan.

Segala bentuk perencanaan yang tidak menghadirkan keberlanjutan di dalamnya sebagai tujuan utama dalam jangka waktu yang panjang, pada akhirnya akan menjadi boomerang.

Selain itu dari segi pembangunan juga mendatangkan banyak tantangan baru bagi tuan rumah yakni masyarakat lokal. Oleh sebab itu, memperhatikan beberapa aspek penting seperti daya dukung, daya tampung destinasi pariwisata dan kepatuhan terhadap semua regulasi mau tidak mau memang harus dilakukan.

Berdasarkan keterangan yang dipaparkan oleh Butler, ternyata ada kesamaan antara siklus hidup produk barang dan jasa dengan siklus hidup destinasi pariwisata. Pada umumnya, selama proses perencanaan perkembangan pariwisata dilakukan terdapat beberapa siklus yang akan dilalui.

Siklus tersebut antara lain :
Tahap penemuan (exploration).
Tahap keterlibatan (involvement).
Tahap pengembangan (development).
Tahap konsolidasi (consolidation).
Tahap stagnasi (stagnation).
Tahap peremajaan (rejuvenation)
Tahap penurunan (decline) 

Pada tahap akhir yakni penurunan, bisa terjadi setelah daya dukung dan daya tampungnya mulai terlampaui.

Adanya keterlambatan terhadap evaluasi kapasitas akomodasi dalam bentuk fisik seperti infrastruktur contohnya kepadatan lalu lintas atau kerusakan bangunan , mungkin akan lebih mudah dalam proses identifikasi dan penanganannya. Tetapi, bagaimana dengan daya dukung terhadap lingkungan dan sosial budaya?

Mulai dari penumpukan sampah, marjinalisasi komunitas, polusi suara, polusi udara, hingga keberadaan satwa yang semakin sulit ditemui, semua itu akan sangat sulit untuk dikontrol jika pengaturan jumlah kunjungan wisatawan tidak diperhatikan dengan baik.

Masalah Lingkungan Menjadi Isu Strategis Destinasi Wisata
Masih berkaitan dengan daya dukung dan daya tampung destinasi pariwisata, isu strategis kerap kali menjadi bahan perbincangan. Berikut ini terdapat beberapa isu strategis selama perencanaan pengembangan pariwisata dilakukan:

1.Pencemaran Lingkungan yang Semakin Meningkat
Dampak terhadap aspek lingkungan terjadi karena meningkatnya pembangunan akomodasi dan jumlah pengunjung yang tidak bisa terkontrol. Terlebih lagi jika tidak dibarengi dengan adanya kesadaran terhadap lingkungan sehingga memberikan dampak langsung seperti halnya pencemaran lingkungan yang begitu luar biasa.

Dampak yang dimaksud meliputi meningkatkan volume sampah dalam berbagai bentuk, pencemaran udara yang disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor, pencemaran bakteri coli yang berasal dari limbah rumah tangga, hingga pencemaran air tanah yang berasal dari limbah domestik.
Fakta ini, tentu bisa menjadi penyebab utama menurunnya kualitas lingkungan dan berdampak langsung pada kondisi kesehatan masyarakat lokal.

2.Terjadinya Penurunan Fungsi Ekologi
Penurunan daya dukung dan daya tampung terhadap lingkungan karena berbagai kerusakan ekosistem, tentu akan memunculkan berbagai masalah, baik itu dampak secara langsung maupun dampak secara tidak langsung.

Dampak secara langsung bisa berupa ancaman banjir di kala tiba musim hujan atau erosi tanah yang menyebabkan tanah longsor.

Potensi masalah seperti banjir dan erosi tanah ini sebagian besar bisa terjadi pada destinasi pariwisata yang dekat dengan sungai. Dimana dampak secara tidak langsungnya yang muncul seperti penurunan kualitas air tanah hingga penurunan kemampuan resapan air.

Dari pembahasan kali ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa proses perencanaan harus melibatkan pembahasan tentang daya dukung dan daya tampung pariwisata itu sendiri. Dimana perencanaan pariwisata berkelanjutan merupakan suatu konsep yang harus diterapkan, baik oleh masyarakat lokal, pemerintah selaku pembuat regulasi dan wisatawan.

Mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung destinasi pariwisata, akan sangat berpengaruh pada tingkat keberhasilan pengelolaan dan pengembangan destinasi pariwisata secara berkelanjutan.

Referensi
https://en.wikipedia.org/wiki/Tourism_carrying_capacity
https://eticon.co.id/daya-dukung-destinasi-wisata/
https://www.regiotels.com/how-does-tourism-carrying-capacity-relate-to-over-tourism/

Penulis: Agriqisthi
Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Andalas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar